MANAGEMENT BIMBINGAN
DAN-KONSELING ISLAM
ABSTRACT: Whatever
kind of activities conducted without mature managentent, will not
run well.
Concequently, strive to repair and make up management quality become
one of
priorities which
have to be paid attentio~t.Each organization including guidance and
counceling needs to
be planned, orgnuized and directi so that quality of service given
can
precede maximally.
Kata Kunci:
Manajemen Bimbingan, Konseling lslam
I Pendahuluan
.
Ali binAbi Thalib
berkata : suatu ha1yang diorganisir dengan baik akan mernberihasil
yang optimal. Pernyataan ini, menjadi landasan filosofis yang sangat
populer di dunia rnanajemen lslam dari dulu hingga dewasa ini. Bila
boleh berpendapat dapat saja statement di atas menjadi cikal bakal
rnanage- ment rnodern dewasa ini. Kegiatan apa saja yang di lakukan
tanpa managerial yang rnatang maka besar kernungkinan kegiatan
tersebut tidak akan berjalan dengan sempurna, bahkan akan menernui
kegagalan. Oleh karena itu upaya perbaikan dan peningkatan mutu
rnanajemen menjadi salah satu prioritas yang perlu mendapat
perhatian. Setiap organisasi termasuk birnbingan dan konseling
memerlukan pengelolaan yang terencana, terprograrn dan terarah
dengan baik, agar kualitas layanan yang diberikan menjadi maksimal.
Berkaitan dengan ha1tersebutdi atas Stoner (1981) mengartikan
management sebagai:
" the process of planning, organizing, leading and controlling
the efforts of organizing members and of using all other
organizationalresources to achieve stated organizational goals':
Secara sederhana manajemen dapat diartikan sebagai suatu cara
mengelola sebuah organisasi (bim bingan dan konseling) dengan baik,
agar dengan kondisi yang minimal dapat memberikan hasil yang optimal.
karena itu,tugas penting manajemen adalah menggerakkan sumber daya
yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan sederhana mengartikan bimbingan
dan secara produktif (efektif, efisien, dan tujuan dapat dicapai
sesuai dengan target yang direncanakan).
II. Perencanaan
Program Bimbingan dan Konseling
Perencanaan
(planning), adalah fungsi utama manajemen yang biasa dilakukan atau
seharusnya dilakukan pada awal kegiatan dan mungkin jauh sebelumnya.
Pada tahapan ini personal bimbingan dan konseling dapat menyusun
program dan menghimpun keinginan, kondisi yang dikehendaki,
memikirkan segala kemungkinan (baik-buruk) yang akan terjadi, atau
hasil yang ingin dicapai dengan demikian pada saat implementasi
program, maka kesalahan kekurangan dapat ditekan (dieliminir) sekecil
mungkin sehingga proses layanan bimbingan dan konseling dapat
berjalan lebih efektif. Sehubungan dengan ha1di atas , H.J. Burbach
dan L.E. Decker mengemukakan pendapatnya bahwa perencanaan adalah
suatu proses yang kontinu. Pengertian proses dalam hal ini ialah
mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan, atau usaha untuk
menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Sesuai dengan hal ini {,Hatch dan Steffire (Juntika, 2005)
berpendapat bahwa proses perencanaan adalah:
.
(a) the presence of
a need,
(b) an analysis of
the situafion,
(c) a review of
alternate possibilities,
(d) the choice of a
course of action.
Adapun manfaat
dilakukannya perencanaan program secara matang yaitu:
(a)Adanya kejelasan
arah pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
(b)Adanya kemudahan
mengontrol dan mengevaluasi kegiatan kegiatan bimbingan yang
dilakukan, dan
(c)Terlaksananya
program bimbingan secara lancar, efisien dan efektif.
Dalam hubungannya
dengan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling, maka ada
beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan yaitu:
(a)Analisis
kebutuhan dan permasalahan yang akan dihadapi
(b)Penentuan tujuan
program layanan konseling yang hendak dicapai.
(c)Analisis situasi
dan kondisi secara internal dan eksternal,
(d)Penentuan
jenis-jenis program kegiatan yang akan dilakukan,
(e)Penetapan metode
dan teknik yang akan digunakan dalam program kegiatan.
(f)Penetapan
personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan- kegiatan yang
telah ditetapkan.
(g)Persiapan
fasilitas pendukung dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan
yang direncanakan, serta
(h)Perkiraan tentang
hambatan- hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan
dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan
llI.
Pengaturan Waktu Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling
Pengaturan waktu
menjadi hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu program
layanan Bimbingan dan konseling. Seorang konselor sebaiknya terlebih
dahulu dapat mengatur waktu untuk menetap-kan langkah awal,
melaksanakan program, menilai, menganalisis, dan menindaklanjuti
program kegiatan bimbingan dan konseling untuk masa mendatang. Dengan
management waktu yang baik di harapkan program yang dilaksanakan
dapat tertata, terlaksana dan terukur hingga mencapai
hasil optimal .
Mengenai perencanaan program, ada beberapa hal yang perlu dilakukan,
diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, menetapkan materi
layanan Bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan atau
permasaiahan klien. Materi tersebut juga harus dikaitkan dengan taraf
perkembangan klien, sesuai tuntutan situasi dan kondisi lingkungan
yang berkembang dan diarahkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan budaya, serta dunia kerja yang terus berkembang
menyambut tantangan era globalisisi. Kedua, menetapkan tujuan atau
hasil yang ingin dicapai dari program layanan bimbingan dan
konseling. Ketiga, menetapkan sasaran kegiatan, yaitu klien atau
kelompok klien yang rnenjadi sasaran layanan konseling. Keempat,
menetapkan bahan, sumber bahan, dan nara sumber, serta personil yang
terkait dan peranannya masing-masing. Lima, menetapkan metode, teknik
khusus, media dan alat yang akan digunakan, sesuai dengan kekhasan
layanan konseling yang direncanakan. Enam, menetapkan waktu dan
tempat pelaksanaan program layanan. Tujuh, menetapkan rencana
penilaian .
IV. PENGORGANISASIAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Layanan Konseling
tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna bila tidak didukung oleh
organisasi yang baik. Blocher Donald H : menyebutkan bahwa salah
seorang kliennya yang pernah menjadi aktifis kampus mengatakan bahwa
"organisasi bagiku adalah bagaikan sebuah megaphone milik
cheerleader yang dapat memperkuat suaraku. Aku tidak benar- benar
menyukainya, tapi tanpa organisasi aku merasa hampa dan kesepian".
Pernyataan di atas menggambarkan pentingnya organisasi, termasuk
pengorganisasian tugas layanan bimbingan dan konseling. Berikut ini
akan dijelaskan tugas personel berkaitan dengan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling yang diasumsikan dengan Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam (BPI) Fakultas Dakwah IAINAr-Raniry.
a) Ketua Jurusan BPI
Sebagai penanggung
jawab kegiatan pendidikan di jurusan BPI, tugasnya ialah:
1)Mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran,
pelatihan, dan bimbingan di Jurusan BPI;
2)Menyediakan dan
melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling di Jurusan BPI;
3)Memberikan
kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di
Jurusan BPI
4)Melakukan
supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan konselor BPI
5) Menetapkan
koordinator Konselor yang bertanggung jawab atas koordinasi
pelaksanaan bimbingan dan konseling di Jurusan BPI ' berdasarkan
kesepakatan bersama para konselor BPI
V. PEMANFAATAN FASlLlTAS PENDUKUNG
Salah satu fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi salah satu satu aspek penentu keberhasilan layanan adalah fasilitas pembiayaan. Aspek pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya sering aspek tersebut menjadi salah satu faktor penghambat proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pembiayaan yang memadai, maka proses pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling'cenderung berjalan tidak efektif. Apabila telah tersedia gedung dan ruangan serta alat-alat perlengkapan teknis, maka pos-pos penting lain yang perlu dibiayai ada1ah: honorarium personel bimbingan, pemeliharaan sarana fisik, pelaksanaan penataran atau pelatihan bagi personel bimbingan, pengadaan alat-alat tes baku, pengadaan buku dan majalah bimbingan, serta pengadaan alat-alat tulis. Adapun fasilitas yang harus ada di Jurusan Bimbingan dan Konseling berupa laboratorium konseling. Diharapkan Laboratorium ini dapat di tingkatkan keberfungsian dan penggunaannya yaitu ruangan tempat bimbingan yang khusus lengkap dengan kaca one way visual, kedap suara, dekorasi dan warna yang menyenangkan, seting meja, kursi, tempat berbaring yang teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu seperti,suasana ruang dengan wewangian.
VI. PENGARAHAN, SUPERVISI, DAN PENllAlAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
I. Pengarahan
Pengarahan adalah salah satu aspek penting dalam manajemen program layanan bimbingan dan konseling Islam. Berikut ini dikemukakan beberapa konsep pengarahan. Hatch dan Steftire (1961) mengemukakan pengarahan itu sebagai berikut. It is that phase of administration concerned with the coordination, control, and stimulation of others. It is sometimes thought of as a process and identified as that phase in which commands are given, orin which others are authorizedtoact or stimulated to act without command.
Pendapat ini mengemukakan pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Di satu pihak, ha1 itu adakalanya dipikirkan sebagai suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando, dan pada sisi lain merupakan wewenang dalam bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.
2. Supervisi Kegiatan Bimbingan
Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manajemen program bimbingan dan konseling.Diartikan secara Etimologi, Supervisi berarti pengawasan, penilikan, pembinaan . Sedangkan secara Terminologi, Supervisi adalah Bantuan berbentuk pembinaan yang di berikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik .Setelah mengetahui supervisi, harus diketahui juga pengertian dari bimbingan baik bersifat umum maupun khusus. Bimbingan bersifat umum merupakan usaha-usaha untuk memberikan penerangan atau pendidikan agar yang menerima bimbingan lebih mengetahui, lebih menyenangi, lebih bersikap positif terhadap apa yang dibimbingkan. Sedangkan yang bersifat khusus yaitu bimbingan yang diberikan oleh guru, pembimbing atau konselor kepada anak-anak yang dalam perkembangan pendidikannya memperlihatkan kelambatan atau hambatan/kesulitan.
Supervisi bimbingan dan koseling merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor (supervisee) dimana supervisor (konselor senior)memberi dukungan dan bantuan untuk meningkatkan mutu kinerja profesional supervisee.tumpu pada satu prinsip yang mengakui setiap manusia itu mempunyai potensi untuk berkembang.
Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kerangka kesimpulan bahwa supervise konseling merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya agar situasi situasi belajar mengajar lebih optimal.
Arah dan Tujuan Supervisi Konseling
Adapun arah supervisi dalam program bimbingan adalah:
1. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personil bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masingmasing
2. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personil bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
3. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatanhambatan
dan permasalahan-permasalahan yang ditemui
4. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan
3. Penilaian Program Layanan Konseling
Untuk mengetahui keberhasilan ataupun efektifitas suatu usaha perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini dilakukan melalui kegiatan pengungkapan dan hasil pengungkapan itu dipakai untuk memperkirakan sejauh mana usaha tersebut mencapai tujuan yang diharapkan ataupun menimbulkan dampak tertentu terhadap objek yang menjadi focus usaha yang dimaksudkan itu.
Layanan bimbingan dan konseling, khususnya disekolah yang terlaksana melalui 9 jenis layanan perlu dinilai hasil – hasilnya. Dengan penilaian ini akan dapat diketahui apakah layanan bimbingan dan konseling tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa – siswa yang memperoleh layanan.
Penilaian terhadap hasil – hasil layanan bimbingan dan konseling selain berguna untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan dan konseling, juga dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bagi pengembangan program – program disekolah. Lebih jauh, dengan diketahuinya keberhasilan layanan bimbingan dan konseling itu, maka akuntabilitas bimbingan dan konseling di sekolah akan semakin ditegakkan.
Dalam pola 17 plus bimbingan dan konseling terdapat 9 Layanan Bimbingan dan konseling antara lain, layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan penguasaan konten layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi. Layanan yang diambil sebagai produk perencanaan penilaian layanan ini adalah layanan dengan format kelompok yaitu layanan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997:37) konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. konseling kelompok merupakan suatu layanan yang membantu peserta didk dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. (Sunawan, 2009:13). Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (2002:49) layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang membantu individu untuk membahas dan mengentaskan permasalahan pribadinya melalui dinamika kelompok, di mana masalah yang dibahas adalah masalah pribadi dari masing-masing anggota kelompok.
Tujuan konseling kelompok dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum konseling kelompok ini untuk pengembangan kemampuan sosialisasi, terutama kemampuan komunikasi. Sedangkan secara khusus, konseling kelompok unutk pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap (komunikasi verbal maupun non verbal), seperti: Berani mengemukakan pendapat, dapat bertenggang rasa dan menghormati orang lain, dan dapat mengembangkan bakat dan minat. Serta yang paling penting yaitu pengentasan masalah pribadi klien (anggota kelompok). Dalam setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan suatu evaluasi, evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Model evaluasi yang akan digunakan untuk mengevaluasi layanan ini adalah model Decision Oriented Evaluation. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan suatu evaluasi, evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
1. Evaluasi konteks (context evaluation)
Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal).
2. Evaluasi input (input evaluation)
Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program.
3. Evaluasi proses (process evaluation)
Evaluasi proses (process evaluation) diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut
4. Evaluasi Produk (product evaluation)
Evaluasi Produk (product evaluation) merupakan bagian terakhir dari model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali atau bahkan akan dihentikan.
Daftar Pustaka
Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan&Konseling Kelompok : Dasar & Profil. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunawan. 2009. Handout Bimbingan Konseling Belajar. Semarang : FIP Universitas Negeri Semarang.
Stoner James A. (1987) Management. London. Prentice-Hall intemationcl Inc.
Arthur J. Jones (Sofyan S. Willis), Konseling 1ndividual;Teori & Praktek. Bandung: Alfaheta. 2004. hal. 11
Tohari Musnamar et.al. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dun Konseling Is'lami.(Yogyakarta: UIIPress. 1997), hal.76
Harold.J. Burbach dan Levy.E. Decker, Planning and Assesment in Community Education, (Michigan.: Pandell Publishing Company, 1997), hal. 32
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dun Konseling, (Bandung:RefkaAditama.2005), hal.40
Blocher Donald H (Jarnawi et.al. Book Report) The Profesional Counselor. (New York : Macmillan Publishing Company, I W ) , hal.165
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dun Konseling. (Bandung: RefikaAditama. 2005), ha1.55
V. PEMANFAATAN FASlLlTAS PENDUKUNG
Salah satu fasilitas pendukung kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi salah satu satu aspek penentu keberhasilan layanan adalah fasilitas pembiayaan. Aspek pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam kenyataannya sering aspek tersebut menjadi salah satu faktor penghambat proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pembiayaan yang memadai, maka proses pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling'cenderung berjalan tidak efektif. Apabila telah tersedia gedung dan ruangan serta alat-alat perlengkapan teknis, maka pos-pos penting lain yang perlu dibiayai ada1ah: honorarium personel bimbingan, pemeliharaan sarana fisik, pelaksanaan penataran atau pelatihan bagi personel bimbingan, pengadaan alat-alat tes baku, pengadaan buku dan majalah bimbingan, serta pengadaan alat-alat tulis. Adapun fasilitas yang harus ada di Jurusan Bimbingan dan Konseling berupa laboratorium konseling. Diharapkan Laboratorium ini dapat di tingkatkan keberfungsian dan penggunaannya yaitu ruangan tempat bimbingan yang khusus lengkap dengan kaca one way visual, kedap suara, dekorasi dan warna yang menyenangkan, seting meja, kursi, tempat berbaring yang teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu seperti,suasana ruang dengan wewangian.
VI. PENGARAHAN, SUPERVISI, DAN PENllAlAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
I. Pengarahan
Pengarahan adalah salah satu aspek penting dalam manajemen program layanan bimbingan dan konseling Islam. Berikut ini dikemukakan beberapa konsep pengarahan. Hatch dan Steftire (1961) mengemukakan pengarahan itu sebagai berikut. It is that phase of administration concerned with the coordination, control, and stimulation of others. It is sometimes thought of as a process and identified as that phase in which commands are given, orin which others are authorizedtoact or stimulated to act without command.
Pendapat ini mengemukakan pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Di satu pihak, ha1 itu adakalanya dipikirkan sebagai suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando, dan pada sisi lain merupakan wewenang dalam bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.
2. Supervisi Kegiatan Bimbingan
Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manajemen program bimbingan dan konseling.Diartikan secara Etimologi, Supervisi berarti pengawasan, penilikan, pembinaan . Sedangkan secara Terminologi, Supervisi adalah Bantuan berbentuk pembinaan yang di berikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik .Setelah mengetahui supervisi, harus diketahui juga pengertian dari bimbingan baik bersifat umum maupun khusus. Bimbingan bersifat umum merupakan usaha-usaha untuk memberikan penerangan atau pendidikan agar yang menerima bimbingan lebih mengetahui, lebih menyenangi, lebih bersikap positif terhadap apa yang dibimbingkan. Sedangkan yang bersifat khusus yaitu bimbingan yang diberikan oleh guru, pembimbing atau konselor kepada anak-anak yang dalam perkembangan pendidikannya memperlihatkan kelambatan atau hambatan/kesulitan.
Supervisi bimbingan dan koseling merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor (supervisee) dimana supervisor (konselor senior)memberi dukungan dan bantuan untuk meningkatkan mutu kinerja profesional supervisee.tumpu pada satu prinsip yang mengakui setiap manusia itu mempunyai potensi untuk berkembang.
Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kerangka kesimpulan bahwa supervise konseling merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya agar situasi situasi belajar mengajar lebih optimal.
Arah dan Tujuan Supervisi Konseling
Adapun arah supervisi dalam program bimbingan adalah:
1. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personil bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masingmasing
2. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personil bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
3. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatanhambatan
dan permasalahan-permasalahan yang ditemui
4. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan
3. Penilaian Program Layanan Konseling
Untuk mengetahui keberhasilan ataupun efektifitas suatu usaha perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini dilakukan melalui kegiatan pengungkapan dan hasil pengungkapan itu dipakai untuk memperkirakan sejauh mana usaha tersebut mencapai tujuan yang diharapkan ataupun menimbulkan dampak tertentu terhadap objek yang menjadi focus usaha yang dimaksudkan itu.
Layanan bimbingan dan konseling, khususnya disekolah yang terlaksana melalui 9 jenis layanan perlu dinilai hasil – hasilnya. Dengan penilaian ini akan dapat diketahui apakah layanan bimbingan dan konseling tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa – siswa yang memperoleh layanan.
Penilaian terhadap hasil – hasil layanan bimbingan dan konseling selain berguna untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan dan konseling, juga dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bagi pengembangan program – program disekolah. Lebih jauh, dengan diketahuinya keberhasilan layanan bimbingan dan konseling itu, maka akuntabilitas bimbingan dan konseling di sekolah akan semakin ditegakkan.
Dalam pola 17 plus bimbingan dan konseling terdapat 9 Layanan Bimbingan dan konseling antara lain, layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan penguasaan konten layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi. Layanan yang diambil sebagai produk perencanaan penilaian layanan ini adalah layanan dengan format kelompok yaitu layanan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997:37) konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. konseling kelompok merupakan suatu layanan yang membantu peserta didk dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. (Sunawan, 2009:13). Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (2002:49) layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang membantu individu untuk membahas dan mengentaskan permasalahan pribadinya melalui dinamika kelompok, di mana masalah yang dibahas adalah masalah pribadi dari masing-masing anggota kelompok.
Tujuan konseling kelompok dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum konseling kelompok ini untuk pengembangan kemampuan sosialisasi, terutama kemampuan komunikasi. Sedangkan secara khusus, konseling kelompok unutk pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap (komunikasi verbal maupun non verbal), seperti: Berani mengemukakan pendapat, dapat bertenggang rasa dan menghormati orang lain, dan dapat mengembangkan bakat dan minat. Serta yang paling penting yaitu pengentasan masalah pribadi klien (anggota kelompok). Dalam setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan suatu evaluasi, evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Model evaluasi yang akan digunakan untuk mengevaluasi layanan ini adalah model Decision Oriented Evaluation. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan suatu evaluasi, evaluasi merupakan suatu proses kegiatan sistematis dalam mengumpulkan data-data atau informasi yang berguna dilakukan dalam rangka untuk untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
1. Evaluasi konteks (context evaluation)
Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal).
2. Evaluasi input (input evaluation)
Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program.
3. Evaluasi proses (process evaluation)
Evaluasi proses (process evaluation) diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut
4. Evaluasi Produk (product evaluation)
Evaluasi Produk (product evaluation) merupakan bagian terakhir dari model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali atau bahkan akan dihentikan.
Daftar Pustaka
Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan&Konseling Kelompok : Dasar & Profil. Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunawan. 2009. Handout Bimbingan Konseling Belajar. Semarang : FIP Universitas Negeri Semarang.
Stoner James A. (1987) Management. London. Prentice-Hall intemationcl Inc.
Arthur J. Jones (Sofyan S. Willis), Konseling 1ndividual;Teori & Praktek. Bandung: Alfaheta. 2004. hal. 11
Tohari Musnamar et.al. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dun Konseling Is'lami.(Yogyakarta: UIIPress. 1997), hal.76
Harold.J. Burbach dan Levy.E. Decker, Planning and Assesment in Community Education, (Michigan.: Pandell Publishing Company, 1997), hal. 32
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dun Konseling, (Bandung:RefkaAditama.2005), hal.40
Blocher Donald H (Jarnawi et.al. Book Report) The Profesional Counselor. (New York : Macmillan Publishing Company, I W ) , hal.165
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dun Konseling. (Bandung: RefikaAditama. 2005), ha1.55